JAMBI I Mandhala.Info – Aksi demonstrasi besar-besaran di depan Gedung DPRD Provinsi Jambi pada Jumat (29/8/2025) berubah menjadi kericuhan hebat. Ribuan massa yang sejak siang memenuhi halaman dan sekitar kantor wakil rakyat itu akhirnya terjebak dalam situasi mencekam hingga tengah malam.
Awalnya aksi berlangsung damai. Massa dari berbagai elemen datang berorasi, membawa spanduk, dan menyuarakan tuntutan. Namun, menjelang sore, suasana mulai memanas. Dorongan, teriakan, hingga provokasi kian tak terbendung.
Ketegangan pecah ketika aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke arah kerumunan. Massa yang emosi membalas dengan lemparan batu dan benda keras ke arah gedung DPRD. Kaca jendela kantor pecah berantakan, memicu situasi kian tak terkendali.
Kerusuhan makin meluas. Baliho di sekitar lokasi ikut dibakar, sejumlah kendaraan jadi sasaran amuk. Satu mobil pribadi hancur, sementara satu unit kendaraan dinas di halaman DPRD hangus terbakar dengan api menjulang tinggi.
Polisi kemudian menurunkan water canon untuk membubarkan massa. Semburan air bertekanan tinggi membuat kerumunan berlarian, namun sebagian demonstran tetap bertahan dan membalas dengan botol serta kayu.
“Situasinya seperti medan perang mini. Asap, api, dan teriakan di mana-mana. Ada yang jatuh, ada yang pingsan. Kaca pecah, gedung dilempari batu, benar-benar kacau,” ungkap Yudi (27), salah satu saksi mata.
Hingga malam hari, suara dentuman gas air mata terus terdengar, bersahut dengan sorakan massa. Lalu lintas di kawasan Telanaipura lumpuh total. Warga sekitar panik, sebagian memilih mengungsi sementara karena takut dengan kobaran api kendaraan yang terbakar.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian belum memberikan keterangan resmi terkait jumlah korban maupun kerusakan yang ditimbulkan. Namun, jelas terlihat aksi yang dimulai dengan damai berakhir menjadi kerusuhan besar, meninggalkan jejak kehancuran sekaligus trauma.
Sebuah video berdurasi 25 menit yang viral di media sosial memperlihatkan detik-detik berubahnya suasana: siang penuh orasi berubah menjadi malam yang dipenuhi gas air mata, api, dan kepanikan massal.
Peristiwa ini menambah catatan kelam wajah demokrasi di Jambi. Ruang aspirasi rakyat kembali ternodai oleh aksi destruktif dan bentrokan yang tak terkendali.
Dessy
Kaperwil








