Orang Tua Murid SMAN 1 Midai Kecewa, Kinerja Sekolah Dipertanyakan

Midai, NATUNA – Mandhala.info

Program Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), yang seharusnya menjadi jalan emas bagi siswa berprestasi untuk masuk perguruan tinggi negeri, justru menjadi sumber kekecewaan di Kecamatan Midai, Kabupaten Natuna. Sejumlah orang tua murid SMAN 1 Midai menyuarakan protes keras atas lemahnya peran sekolah dalam menyosialisasikan informasi penting terkait program tersebut.

Bacaan Lainnya

Advertisement

“Memang beberapa waktu lalu kami sempat dipanggil pihak sekolah dan diberi penjelasan bahwa program SNBP tidak bisa dijalankan karena kendala sinyal dan hal teknis lainnya. Tapi menurut kami, itu bukan alasan yang bisa dibenarkan,” ujar salah satu wali murid.

Keresahan ini bukan kasus tunggal. Banyak orang tua menyebut informasi SNBP hanya disampaikan secara sepintas, tanpa mekanisme komunikasi yang jelas dan menyeluruh. Akibatnya, sejumlah siswa kehilangan kesempatan emas karena tidak memahami prosedur dan tenggat waktu pendaftaran.

Kepala Sekolah Akui Ada Keterlambatan, Sebut Siswa Kurang Responsif

Ketika dikonfirmasi, Kepala SMAN 1 Midai, Musmulyadi, mengakui adanya kelemahan dari pihak sekolah. Namun, ia juga menyoroti kurangnya respon dari para siswa sebagai salah satu penyebab.

“Memang ini kesalahan dari pihak sekolah, tapi tidak sepenuhnya. Anak-anak sendiri kadang ragu-ragu—hari ini semangat, besok tidak mau. Dari keraguan itu, kami jadi terlambat mengakses program SNBP,” jelas Musmulyadi.

Meski demikian, ia mengklaim tetap berupaya membantu siswa dengan mengarahkan mereka ke jalur dan fakultas lain. “Ada sekitar 20 siswa Midai yang kami bantu mendapatkan beasiswa di beberapa fakultas, salah satunya di Universitas Islam Riau (UIR),” tambahnya.

Tokoh Masyarakat: “Jangan Diam di Zona Nyaman!”

Kritik tajam juga datang dari tokoh masyarakat Midai yang enggan disebutkan namanya. Ia menilai alasan yang disampaikan sekolah tidak bisa diterima begitu saja.

“Intinya, mengarahkan anak-anak ke program lain itu bukan solusi. Yang dirugikan adalah siswa dan masyarakat. Jika ini dibiarkan, bisa jadi semua SMA di Natuna akan bersikap sama,” tegasnya.

Ia juga menolak alasan soal keterbatasan sinyal dan waktu pendaftaran sebagai dalih utama.

“MAS Midai saja bisa, siswa mereka ikut SNBP dan ada yang lulus. Padahal kondisi geografis dan sinyal mereka tidak jauh berbeda. Lagipula masa pendaftaran cukup panjang, hampir 1,5 bulan. Ini soal kemauan dan keseriusan,” lanjutnya.

Perbandingan juga muncul dari sekolah lain di wilayah serupa. Di MAS Midai, misalnya, setidaknya Dua siswa berhasil lolos SNBP tahun ini. Fakta ini menunjukkan bahwa keterbatasan bukan alasan mutlak jika ada koordinasi yang baik antara guru, siswa, dan orang tua.

Sekolah Harus Menjadi Penghubung, Bukan Penghalang

Meskipun orang tua juga memiliki tanggung jawab untuk mencari informasi, dalam konteks daerah dengan keterbatasan infrastruktur seperti Midai, sekolah seharusnya menjadi garda terdepan dalam menyampaikan informasi penting.

rogram pendidikan bukan hanya soal angka kelulusan dan nilai akademik, tetapi juga menyangkut asas keadilan dan akses yang setara. Ketika informasi tidak merata, maka yang gagal bukan hanya siswa—tetapi sistem pendidikan yang membiarkannya.

Sampai berita ini dirilis, pihak media masih berupaya mengonfirmasi tanggapan resmi dari Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *