Tangis Sunyi Diparit Andin, Keluarga Tuminah Bertahan di Rumah Reyot, Anak-anak Tidur Di lantai Tanah

TANJAB BARAT | Mandhala.Info – Dibalik gemerlap pembangunan yang kerap dibanggakan, ada cerita getir yang menyesakkan dada. Di RT 13 Parit Andin, Desa Lumahan, Kecamatan Senyerang, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, hidup sebuah keluarga yang setiap harinya bergelut dengan kemiskinan.

Rumah reyot berdinding papan lapuk, beratapkan seng bocor, dan berlantai tanah itu dihuni oleh Sabar dan istrinya Tumirah (55) bersama enam orang anak. Saat hujan turun, air menetes dari atap, menggenangi lantai. Anak-anak mereka terpaksa tidur dalam keadaan basah, beralaskan tikar lusuh di lantai tanah yang dingin.

Bacaan Lainnya

Advertisement

“Kadang malam, anak-anak kedinginan. Kami hanya bisa memeluk mereka agar tetap hangat,” lirih Tumirah, matanya berkaca-kaca.

Hidup keluarga ini serba kekurangan. Sabar hanya bekerja serabutan dengan penghasilan tak menentu. Untuk sekadar makan sehari-hari, mereka harus menyesuaikan dengan apa yang ada. Dari enam anak, sebagian masih duduk di bangku sekolah dasar, sementara satu baru menapaki SLTA. Biaya seragam, buku, hingga kebutuhan gizi sering kali tak mampu mereka penuhi.

Lebih menyedihkan lagi, keluarga ini mengaku tak pernah sekalipun menerima bantuan. Program pemerintah yang digembar – gemborkan seperti Bedah Rumah, PKH, maupun bantuan pangan tak pernah menyentuh kehidupan mereka. Padahal, jelas mereka termasuk keluarga miskin yang sangat layak dibantu.

“Kami hanya ingin rumah yang tidak bocor, anak-anak bisa sekolah dengan tenang, dan hidup lebih layak,” ucap Sabar dengan nada penuh harap, sembari menunjukkan dokumen kependudukan mereka.

Potret keluarga Tumirah adalah tamparan keras bagi nurani. Disaat sebagian masyarakat menikmati kenyamanan rumah kokoh dan fasilitas modern, masih ada warga Tanjab Barat yang tidur berdesakan di rumah reyot, ditemani dingin malam, lapar, dan ketidakpastian.

Harapan sederhana keluarga ini kini menggantung pada Pemkab Tanjung Jabung Barat. Mereka menunggu tangan pemerintah untuk mengulurkan bantuan, bukan sekadar janji. Karena bagi Tumirah, kehidupan yang layak bukanlah kemewahan, tetapi hak yang seharusnya dijamin Negara untuk rakyat kecilnya.

 

 

Dessy

Kaperwil

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *